![]() |
| Jurnalis melaporkan perjuangan kerusuhan Papua untuk menyampaikan berita di tengah-tengah pemadaman internet |
Pemadaman internet telah membuat para jurnalis frustrasi ketika melapor dari provinsi-provinsi yang bergolak karena mereka berjuang untuk mengumpulkan informasi dengan cepat dan akurat serta menyampaikan laporan berita langsung. Untuk membuat keadaan menjadi lebih buruk, platform e-commerce dan perusahaan layanan berbasis aplikasi juga telah dipengaruhi oleh pemadaman.
Wartawan TV INews, Cornelia Mudumi Agaki, menyatakan ketidaksetujuannya terhadap keputusan pemerintah untuk membatasi akses internet di Papua, dengan mengatakan bahwa itu adalah bentuk kemunduran teknologi yang berdampak negatif pada penduduk lokal dan jurnalis di daerah tersebut.
"Saya merasa seperti kembali ke Zaman Batu. Sebagai seorang jurnalis, pemadaman ini sangat mengganggu saya karena saya tidak dapat menyampaikan laporan berita langsung atau dengan cepat memberikan pembaruan kepada publik," katanya, Minggu.
Cornelia menjelaskan bahwa pemadaman listrik telah "memutilasi" informasi yang dia sampaikan kepada publik, menambahkan bahwa dia tidak bisa lagi mengirim laporan berita yang panjang atau mendalam dan bahkan berjuang untuk menyampaikan laporan singkat.
Dia menyatakan harapan bahwa pemadaman listrik akan segera dicabut atau bahwa pemerintah setidaknya akan memberikan akses kepada wartawan untuk menyampaikan informasi.
Sementara itu, untuk Darma Somba, seorang jurnalis media online dari Jayapura, Papua, pemadaman membuatnya sulit untuk memperbarui artikelnya.
Anggota Forum Wartawan Wanita Indonesia Papua Barat (FJPI) Flora Batlayeri menambahkan bahwa sulit baginya untuk menyampaikan laporan berita ke kantor pusat perusahaannya di Jakarta.
"Sebelumnya, saya masih bisa mengakses internet dengan menggunakan WiFi, meskipun koneksi tidak stabil dan sering hilang, tetapi sekarang saya bahkan tidak bisa melakukannya lagi," kata seorang reporter TV Kompas di Sorong, Papua Barat.
Cornelia, Flora dan Darma semuanya menyatakan harapan bahwa pemerintah dapat memberikan solusi yang lebih baik untuk menjaga stabilitas di daerah selain pemadaman internet atau segala bentuk pembatasan berita karena itu merupakan pelanggaran hak asasi manusia.
Menanggapi keluhan tersebut, Eko Sulistyo, wakil komunikasi politik di Kantor Eksekutif Presiden (KSP), mengatakan pembatasan internet, serta penyebaran ribuan personel keamanan tambahan, adalah bagian dari langkah darurat pemerintah.
“Pada titik ini, kedua tindakan diperlukan untuk memulihkan ketertiban umum. Pemerintah harus mengambil jalan ini karena situasi di kedua provinsi telah meningkat menjadi keadaan darurat, ”kata Eko.
Dia menjelaskan bahwa penduduk yang ikut serta dalam protes takut akan pembalasan dari orang Papua yang bukan asli karena jumlah mereka yang lebih kecil.
"Jika situasi ini berlanjut, itu bisa mengarah pada konflik komunal," katanya.
Dia menjelaskan bahwa jika konflik komunal meletus di Papua, dampaknya bahkan akan lebih besar daripada konflik Poso di Sulawesi Tengah antara tahun 1998-2001, karena orang Papua memiliki perbedaan berlapis-lapis dibandingkan dengan penduduk asli Papua yang tinggal di wilayah tersebut, seperti sebagai perbedaan dalam agama.
"Jika bentrokan antara kelompok-kelompok itu meletus, dampaknya akan sangat menghancurkan," katanya.
Eko menambahkan bahwa pembatasan internet adalah langkah darurat untuk mencegah kekacauan lebih lanjut, menunjukkan bahwa politik identitas, ekstremisme dan rasisme telah merajalela di platform media sosial.
"Menurut Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik [ITE], pemerintah memiliki wewenang untuk memblokir akses internet selama ia memberi tahu [publik] tentang periode waktu tersebut. Pemerintah memberlakukan pembatasan internet selama kerusuhan 21 Mei di Jakarta. Tetapi setelah situasi stabil, semuanya kembali normal; hal yang sama terjadi di Papua, "katanya kepada wartawan di Hotel Santika Dyandra di Medan, Sumatera Utara, pada Sabtu malam.
Selain wartawan, bisnis e-commerce dan perusahaan berbasis aplikasi juga terkena dampak langsung dari pemadaman internet di Papua dan Papua Barat.
Dian Lumban Toruan, manajer komunikasi korporat regional dari Gojek-app Goailing, mengatakan perusahaan telah menutup sementara tiga kantor di kedua provinsi karena pemadaman internet.
"Layanan Gojek tersedia di Sorong, Merauke dan Jayapura. Namun kantor-kantor di tiga kota sekarang ditutup hingga situasi stabil," katanya, seraya menambahkan bahwa Gojek memprioritaskan keselamatan karyawan.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar